Resensi Film ‘The Joneses’

 

The Joneses bercerita tentang keluarga Jones dengan kondisi yang diidamkan setiap keluarga, baik itu dari hubungan keluarga yang harmonis, penampilan fisik anggota keluarganya yang sempurna, maupun kondisi keuangan keluarga tersebut yang mapan. Keluarga Jones terdiri dari Steve Jones (David Duchovny) yang merupakan sebagai pria tampan, dengan seorang istri yang cantik Kate Jones (Demi Moore) dan dua orang anak yang sempurna, Jenn (Amber Heard) dan Mick (Ben Hollingsworth). Meskipun baru saja menempati lingkungan baru, keluarga Jones yang mudah bersosialisasi, langsung dekat dengan tetangga. Sebagai keluarga kaya, sehari-hari Jones menggunakan barang-barang mewah yang membuat kagum warga sekitar, mulai dari pakaian, pealatan rumah, kendaraan sampai peralatan golf.
Namun dibalik segala kesempurnaannya, ternyata Jones merupakan keluarga palsu. Tidak ada hubungan keluarga sama-sekali antara Steve, Kate, Jenn, dan Mick. Keempat orang tersebut adalah keluarga yang sengaja dibentuk untuk tujuan memasarkan produk secara terselubung kepada lingkungan tempat tinggal konsumen. Steve, Kates, Mick dan Jenn, sengaja diberi fasilitas berbagai macam produk untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Keluarga Jones menjadi trensetter dengan penggunaan produk tersebut. Saat bersosialsisasi, keluarga Jones mempengaruhi relasi maupun tetangga untuk turut membeli barang yang mereka pakai. Tiap selang waktu tertentu, kinerja keluarga Jones direview oleh manajemen perusahaan yang memperkerjakan mereka.
Usaha keluarga Jones dalam memasarkan produk mereka cukup berhasil. Banyak relasi yang terpengaruh untuk turut membeli produk yang digunakan keluarga Jones. Banyak orang yang tidak mau kalah dengan keluarga Jones dan tidak mau dianggap ketinggalan jaman, turut membeli produk tersebut. Bahkan tidak sedikit yang memaksakan perilaku konsumtifnya meskipun tidak diimbangi dengan kemapuan finansial yang cukup.
Dalam perjalanannya, keluarga Jones menemui adanya konflik. Steve merasa menyesal karena Larry, yang merupakan teman dekatnya, menjadi “korban” dari usaha marketing yang dilakukan Steve sendiri. Larry berubah menjadi pribadi yang konsumtif, ia memaksakan untuk membeli berbagai barang meskipun sebenarnya ia tidak sanggup membayarnya. Sampai akhirnya Larry bunuh diri karena merasa depresi tidak bisa membayar tagihan atas barang yang ia beli. Selain Steve, Jenn dan Mick juga mengalami konflik dengan beberapa teman. Dengan konflik dalam keluarga Jones tersebut, akhirnya Steve membongkar jatidiri The Joneses dan memutuskan berhenti. Namun Kate, Jenn dan Mick tetap melanjutkan karir mereka dengan keluarga Jones yang baru dan ditempat yang baru.
Analisa Film dalam kaitannya dengan Manajemen Pemasaran
Strategi pemasaran dalam Film The Joneses mempunyai beberapa keunggulan antara lain :
1. Membentuk tren penggunaan barang yang dikenalkan oleh figur pembentuk trensetter.
2. Mendatangi dan mengenali langsung target konsumen.
3. Adanya pemasaran ‘dari mulut ke mulut’.
4. Adanya pemasaran yang berkualitas berdasarkan segmentasi yang tepat, yaitu untuk segmen pria dewasa (melalui Steve), untuk segmen wanita dewasa (melalui Kate), dan untuk segmen remaja (melalui Jenn dan Mick).
Namun demikian, satu hal yang menjadi kekurangan dalam strategi pemasaran dengan keluarga palsu sebagaimana dalam film The Joneses tersebut adalah bahwa strategi pemasaran tersebut tidak mempertimbangkan nilai etis sosial. Dengan membentuk keluarga palsu tersebut akan mengakibatkan konflik baik dari pelaku pemasaran maupun konsumen sebagai manusia. Keluarga Palsu pelaku pemasaran hanya dieksploitasi sebagai alat, tanpa mempertimbangkan sisi kemanusiaannya. Selain itu, strategi tersebut justru akan menimbulkan citra jelek pada produk yang justru akan menimbulkan sentimen kebencian terhadap produk.